KARAWANG – Sebuah rumah warga di daerah Poponcol Alun-Alun Karawang sempat menjadi persinggahan maestro penyair modern Indonesia, Chairil Anwar. Tepatnya sekitar tahun 1949 dimana sang pujangga sempat melakukan perjalanan dari Jakarta ke Karawang hingga Bekasi. Sehingga terciptanya sebuah puisi berjudul ‘Karawang Bekasi’ yang sangat populer hingga sekarang.
Kami yang kini terbaring antara Karawang – Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda.
Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang – Bekasi
Puisi yang menggambarkan bagaimana beratnya mempertahankan kemerdekaan yang diproklamirkan oleh kedua Bung besar kita, Bung Karno dan Bung Hatta pada 17 Agustus 1945. Puisi itu adalah bukti nyata bagaimana pedihnya kesedihan yang dirasakan oleh para anggota keluarga yang ditinggalkan sekaligus juga bukti nyata bagi kesadisan perang yang dilakukan oleh tentara NICA Belanda.
Menurut cucu (poto) pemilik rumah ketika itu membenarkan bahwa dirumahnya lah pemilik puisi ‘Binatang Jalang’ ini membuat puisi Karawang Bekasi. Bahkan disalah satu meja yang ada di rumahnya tersebut yang dijadikan alas sebagai tulisan puisi yang cukup fenomenal hingga akhirnya banyak dikenal masyarakat.
“Benar beliau (Chairil Anwar) dulu sering singgah kesini. Waktu itu mau ada pertemuan dengan pejuang (tentara). Bahkan beberapa kali keluarga dari Bung Karno pun pernah singgah kerumah ini,” ucapnya.
Bahkan menurutnya lagi, Chairil Anwar sendiri pernah memiliki istri orang Sadamalun Karawang. Namun pernikahannya tidak bertahan lama dan beliau akhirnya meninggal diusia yang cukup terbilang masih muda. (red)