KARAWANG – Ketua Korps HMI Wati (KOHATI) Kabupaten Karawang, Fadila Hafizah Muntaha memberikan pandangan atas peringatan hari anti korupai se dunia.
Beberapa waktu lalu, kita sama – sama pernah dihebohkan oleh kasus korupsi e-KTP yang dilakukan seorang ketua DPR RI ( Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ).
Kasus tersebut bahkan sampai menghebohkan seluruh rakyat Indonesia tatkala sang ketua DPR RI mengalami kecelakaan saat di perjalanan memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Dan yang menjadi pertanyaan kali ini, apakah kita benar-benar bersih dari tindakan korupsi? Apakah tindakan korupsi hanya bisa dilakukan oleh pejabat – pejabat publik saja? Ternyata tidak, kita semua memiliki kesempatan untuk berlaku korupsi.
Misalnya, saat kita bekerja di sebuah instansi, jam kerja dimulai Pkl. 08.00 WIB lantas kita datang Pkl. 09.00 WIB maka itu artinya kita sudah korupsi waktu sebanyak 1 jam. Lalu, saat kita mendapat amanah untuk mengerjakan tugas, namun kita malah tidak mengerjakannya. Itu juga merupakan salah satu contoh nyata tindakan korupsi.
Setiap tahunnya, tanggal 9 Desember 2017 lebih tepatnya. Kita selalu memperingati Hari Anti Korupsi. Apakah kita hanya akan menganggapnya sebagai hari yang tercantum di dalam kalender saja? Yang kemudian akan berlalu, dan tidak memiliki makna apapun. Yuk, mulai untuk berbenah diri ke arah yang lebih baik.
Jadikan hari Anti Korupsi sebagai momentum untuk mengawali hari yang lebih baik. Satu langkah yang lebih berarti untuk berlaku lebih terpuji. Indonesia pasti bisa maju bila warga negara didalamnya memiliki pemikiran maju untuk terhindar dari korupsi.
Untuk terhindar atau menghindar dari korupsi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
Membenahi Sistem yang berlaku
Ada kalanya, korupsi terjadi tidak hanya didasari karena niat pada awalnya, tapi bisa juga terjadi karena ada kesempatan untuk melakukannya. Maka dalam hal ini, sistem di suatu perusahaan khususnya perlu menghilangkan celah yang memungkinkan seseorang untuk berlaku korupsi.
Menjauhkan diri dari sifat serakah
Keserakahan biasanya timbul karena pengaruh seseorang atau lingkungan. Tapi, ketimbang dipengaruhi oleh orang lain. Mengapa kita tidak mulai mewarnai orang lain dengan hal yang baik? Jauhkan diri dari sifat konsumerisme yang berlebih. Cukupkan diri untuk selalu bersyukur dengan apa yang ada.
Membangun pendidikan moral
Tidak hanya pelajaran heksak ataupun bahasa saja yang membutuhkan kurikulum terpadu. Pendidikan moral pun memerlukan kurikulum. Sebuah kurikulum yang mampu mengimbangi kehidupan agar menjadi lebih bermoral.
Tak hanya berkutat di bidang teori saja, namun pendidikan moral ini juga perlu dibangun sedari dini bahkan melalui tindakan-tindakan terpuji. Seperti mengucapkan salam dengan guru bila bertemu, membangun kantin kejujuran dan sebagainya.
Membekali diri dengan dengan iman dan taqwa
Setiap agama pastinya akan mengajarkan kita pada kebaikan. Termasuk melarang setiap orang untuk melakukan hal yang merugikan orang lain. Dengan pembekalan iman dan taqwa yang kuat, tentu akan membentengi kita dari keinginan buruk untuk berlaku korupsi.
Meningkatkan sikap empati terhadap orang lain
Selalu bayangkan bagaimana rasanya apabila hendak merugikan orang lain, tentu rasanya akan menyakitkan. Akan ada banyak orang yang terampas haknya dan juga selalu ingat bahwa berlaku dzolim di suatu hari nanti akan mengantar kita pada keburukan.
Perang melawan korupsi adalah tentang berperang melawan diri sendiri. Dimulai dari sejak dini, hari ini dan sampai mati. Yuk, mari jadikan hidup tanpa korupsi sebagai gaya hidup terkini. Tolak dan jangan pernah melakukan korupsi sekalipun ada kesempatan. (*)